Newest Post

Palembang, "Kota Sejuta Kuliner "

| Jumat, 23 Mei 2014
Baca selengkapnya »

Palembang, ''Kota Sejuta Kuliner''

           Kota Palembang memiliki beragam kuliner khas yang sudah dikenal baik di mancanegara, baik itu berupa makanan khas asli daerah Palembang sendiri maupun makanan yang merupakan perpaduan antara budaya local dan budaya Tionghoa.  Dari makanan berat hingga makanan ringan sangat beragam jenis nya sehingga kota Palembang juga dijuluki sebagai “Kota Sejuta Kuliner”. Sungai Musi yang menjadi ikon kota Palembang juga merupakan penghasil sumber daya alam yang melimpah terutama ikan. Oleh karena itu kuliner khas kota Palembang sebagian besar terbuat dari ikan air tawar yang memiliki kandungan protein dan nilai gizi yang sangat tinggi. Sebagai kota yang kaya akan kulinernya, kota Palembang memiliki potensi wisata kuliner yang sangat baik untuk terus dikembangkan sehingga dapat menarik para wisatawan domestik maupun internasional untuk berkunjung ke kota Palembang.
Click to set custom HTML

 Pempek 
                  Bagi pecinta kuliner, kota Palembang dikenal sebagai surganya pempek. Pempek merupakan makanan khas Palembang yang telah dikenal seantero nusantara. Kata “Pempek” sendiri berasal dari panggilan lelaki tua keturunan Tionghoa yang dulu tinggal di tepian Sungai Musi yang berinovasi mencampur ikan giling dengan tepung tapioca sehingga menghasilkan makanan baru. Makanan baru tersebut kemudian dijajakan para “apek” (sebutan lelaki tua keturunan Tionghoa) dengan berkeliling sepeda. Oleh karena penjualnya dipanggil dengan sebutan “pek.., apek”, maka makanan baru tersebut dinamakan pempek.

Picture
Pempek Tahu, Telur, dan Keriting

                     Pempek terbuat dari bahan dasar ikan giling, tepung sagu, air dan garam sehingga menjadikan pempek tidak hanya memiliki nilai budaya tapi juga memiliki nilai ekonomi dan gizi yang tinggi. Kandungan gizi utama pada pempek adalah protein, lemak, dan karbohidrat. Sebagai penambah cita rasa, pempek biasanya disajikan lengkap bersama "kuah cuka" (cuko) yakni saus kental berwarna kehitaman yang terbuat dari rebusan gula merah, cabe, dan udang kering. Biasanya dapat pula ditambahkan potongan ketimun, sedikit mie basah dan juga udang kering yang ditumbuk ke dalam kuah cuka. Rasa asam pedas yang didapat dari kuah cuka sungguh menambah nikmat dan menggugah selera dalam menyantap pempek. Ikan yang digunakan untuk pembuatan pempek sejatinya adalah ikan belida (Iwak Belido) yang mendiami Sungai Musi. Namun, seiring dengan langka nya ikan belida, maka jenis ikan lainnya digunakan sebagi pengganti seperti ikan gabus dan ikan tenggiri. Masyarakat Palembang telah berhasil memvariasikan pempek dengan isian maupun bahan tambahan lain seperti telur ayam, kulit ikan, maupun tahu, sehingga sekarang terdapat beragam jenis pempek antara lain pempek kapal selam, adaan, keriting, pempek kulit, pempek tahu hingga pempek lenggang dan panggang.

Picture
Pempek Kapal Selam

       Salah satu penamaan pempek yang paling unik adalah pempek kapal selam. Pemberian nama pempek kapal selam ini dikarenakan dalam proses pembuatannya pempek ini direbus dengan cara menenggelamkannya di dalam air yang banyak. Apabila pempek tersebut telah matang, pempek ini dengan sendirinya akan mengapung dan naik ke permukaan. Karena dalam proses pembuatannya seperti cara kerja kapal selam, maka diberikanlah namanya pempek kapal selam.

Picture
Pempek Panggang
Picture
Pempek Lenggang

Mie Celor

Picture
Mie Celor nan sedap dan gurih

             Selain pempek, salah satu warisan kuliner khas masyarakat Palembang adalah Mie Celor. Mie celor berasal dari bahasa Palembang yang berarti mie yang diseduh. Ini merujuk pada pengolahan mie yang bukannya direbus, melainkan dimasak dengan cara diseduh dengan air panas. Tujuan dari pengolahan mie dengan cara diseduh adalah agar cita rasa mie terasa kenyal, mantap berisi, tidak lembek seperti halnya mie rebusan. Mie celor disajikan dalam campuran kuah santan dan kaldu ebi (udang kering), dicampurkan taoge dan disajikan bersama irisan telur rebus. Selain itu mie celor juga dilengkapi dengan taburan irisan seledri, daun bawang dan bawang goreng sehingga menghasilkan kuah dengan rasa yang kental, lembut, gurih dan berwarna kemerah mudaan. Perpaduan rasa udang yang gurih dengan aroma bawang goreng sangat kuat menambah ke-khasan cita rasa mie celor. 

Model

Picture
Model Ikan

           Mendengar nama “Model” untuk jenis makanan cukup membuat orang awam penasaran. Ya, model disini juga merupakan salah satu makanan khas Palembang. Model terdiri dari 2 macam yaitu model ikan dan model gandum. Model gandum hanya terbuat dari adonan tepung terigu yang digoreng dan disajikan bersama kuah model. Sedangkan Model ikan pada dasarnya dibuat dari adonan yang sama dengan pempek kapal selam.         Yang membedakan model ikan dan pempek kapal selam adalah adonan model yang terbuat dari ikan dan tepung tapioca diisi dengan tahu yang kemudian digoreng. Model dihidangkan lengkap bersama dengan kuah model yang terbuat dari rebusan kaldu udang. Sebagai pelengkap dan penambah rasa, model disajikan dengan campuran bihun atau soun, timun, ebi, jamur kuping dan tentunya bawang goreng. Sebagian orang juga menambahkan sedikit kuah cuka pada kuah model untuk mendapatkan cita rasa yang sedap dan nikmat. 

Picture
Model Gandum

Tekwan

Picture
Tekwan

             Makanan yang satu ini tidak kalah enaknya dengan makanan-makanan khas Palembang lainnya. Masi sama seperti pempek dan juga model, tekwan juga berbahan dasar ikan, namun dalam pengolahannya adonan ikan tersebut dicampur dengan tepung sagu dan bukannya tepung tapioca seperti dalam pembuatan pempek dan model. Adonan tekwan dibentuk bulat kecil kecil dan disajikan dengan menggunakan rebusan kuah kaldu udang. Sebagai pelengkap, tekwan dihidangkan bersama dengan bihun dan soun, irisan bengkoang, irisan jamur kuping, serta dilengkapi dengan taburan daun bawang, seledri dan bawang goreng. Hidangan sup hangat khas Palembang seperti model dan tekwan ini biasanya di santap pada waktu sore hari. Akan semakin pas dan mantap rasanya bila disantap pada hari hujan. Sungguh menggugah selera !

 Laksan

Picture
Laksan

                   Makanan khas Wong Palembang selanjutnya adalah Laksan. Laksan tergolong unik karena sepertinya makanan khas Palembang ini belum ada di kota-kota lain di Indonesia. Masih hampir sama dengan pempek, laksan merupakan makanan khas Palembang yang terbuat dari bahan baku sagu dan ikan.  Adonan tepung dan ikan kemudian dipotong tebal melintang berbentuk oval.  Singkat cerita dapat dikatakan bahwa laksan merupakan modifikasi dan variasi dari pempek lenjer dimana penyajiannya dilengkapi dengan kuah santan nan gurih.


Celimpungan

Picture
Celimpungan

            Satu lagi bentuk lain dari turunan pempek yang tidak kalah lezatnya dengan makanan-makanan khas Palembang lainnya yaitu celimpungan. Masih sama halnya dengan pempek, celimpungan berbahan dasar adonan sagu, ikan, garam dan air. Perbedaannya dengan dengan pempek hanya dari bentuk dan kuahnya. Sepintas celimpungan teramat mirip dengan laksan. Yang membedakannya adalah adonan celimpungan berbentuk bulat pipih dengan diameter sekitar 8 hingga 10cm. Adonan yang telah dibentuk bulat kemudian dicemplungkan ke dalam air rebusan dan direbus hingga matang. Karena proses memasak adonan yang berbentuk bulat dan kemudian dicemplungkan ke dalam air rebusan, maka dari itu penganan ini disebut “Celimpungan”. Kuah nya terbuat dari santan  yang dicampur dengan bawang merah, bawang putih, kunyit, lada, garam, dan daun salam sehingga menghasilkan kuah santan yang berwarna kekuningan dan memiliki aroma khas yang nikmat. Sebagai pelengkap tentunya tidak ketinggalan taburan bawang goreng dan juga sambal. Celimpungan biasanya dinikmati mayarakat Palembang baik sebagai sarapan pagi maupun sebagai santapan ringan di sore hari.


Burgo dan Lakso

Picture
Burgo

                     Burgo berbahan dasar tepung beras dan tepung sagu yang dibentuk mirip dadar gulung yang kemudian dikukus. Adonan kemudian digulung dan diiiris. Burgo dinikmati dengan kuah kental gurih yang terbuat dari rebusan kaldu ikan dan santan kelapa. Kuah kental burgo berwarna keruh kekuningan karena memakai santan, bumbu bawang serta kunyit dan kemiri. Sebagai pelengkap hidangan, kuah burgo dibubuhin dengan perasan jeruk nipis dan tak lupa juga dengan taburan bawang goreng. Burgo biasanya disantap bersama- sama dengan lontong. Salah satu turunan dari Burgo adalah Lakso. Sama seperti burgo, lakso juga berbahan dasar tepung beras dan tepung sagu. Namun lakso bertekstur mie dan berbentuk menyerupai pempek keriting. 


Picture
Lakso

Pindang Ikan Patin dan Pindang Tulang Meranjat

Picture
Pindang Ikan Patin

            Hidangan Pindang Ikan Patin maupun Pindang Tulang khas Palembang juga telah menjadi menu favorit yang digemari para pecinta kuliner. dang patin berbahan dasar utama daging ikan patin yang direbus dengan bumbu asam pedas dan biasanya ditambahkan dengan irisan buah nanas untuk memberikan rasa segar.

         Kunci utama untuk mendapatkan olahan Pindang Patin yang lezat terletak pada cara pengolahannya. Menu ikan patin yang baik adalah daging dengan ikan patin yang empuk dan tidak berbau amis. Pindang ikan patin biasanya disajikan di atas tungku kecil yang ada apinya sehingga membuat menu ini tetap hangat dan nikmat selagi disantap

Picture
Pindang Tulang Meranjat

 Sama hal nya dengan pindang patin, pindang tulang meranjat juga merupakan penganan khas Palembang dengan kuah ber cita-rasa asam pedas yang segar. Pindang tulang berbahan dasar tulang sapi dengan daging yang masih menempel dan sumsum di dalam tulang. Pindang tulang diolah dengan memadukan tulang sapi yang kemudian direbus dengan campuran bumbu rempah-rempah seperti bawang putih, bawang merah, serai, cabe hijau, kunyit, tomat, lada, dan laos. Perpaduan rasa yang dihasilkan dari olahan pindang tulang merupakan antara asam, manis, dan pedas sangat                                  terasa nikmat dan menyegarkan!


Martabak HAR

Picture
Martabak HAR

                      Satu lagi makanan khas Palembang yang tidak ketinggalan siap menggoyang lidah para penikmmatnya yaitu Martabak HAR. HAR sendiri merupakan inisial nama dari tokoh pemilik waralaba tersebut yaitu Haji Abdul Rozak. Beliau merupakan saudagar Palembang keturunan India yang menikah dengan perempuan asli Palembang.  Restoran Martabak HAR pertama kali didirikan pada tahun 1947 dan hingga kini restoran waralaba tersebut telah tersebar baik di dalam kota Palembang sendiri maupun di kota-kota lain di Indonesia. Diyakini bahwa dalam menciptakan resep martabak ini, Haji Abdul Rozak terinsipirasi dari makanan khas India yang sejenis namun dalam pengolahannya martabak tersebut mengalami banyak inovasi dan modifikasi agar dapat diterima oleh lidah orang Palembang. Perbedaan martabak HAR khas Palembang dengan martabak asli India dapat dilihat dari isi dan kuah martabak tersebut. Martabak HAR asli Palembang memiliki kulit martabak yang krispi dengan isian yang sangat sederhana berupa 2 butir telur ayam ataupun bebek, berbeda dengan martabak khas India yang terdapat berbagai macam isian martabak dan bukan hanya telur semata. Sedangkan untuk kuah karinya, martabak HAR memiliki kuah kari yang disesuaikan dengan lidah masyarakat Palembang setempat dimana kuah kari tersebut dibuat tidak terlalu kental, dengan aroma yang tidak terlalu menyengat dan rasa yang tidak terlalu kuat seperti kuah kari asli India. Sebagai pelengkap, kuah kari tersebut dilengkapi dengan irisan kentang maupun daging kambing. Makin sempurna rasanya dengan tambahan kuah cuka asam dengan irisan kecil cabe rawit. Sensasi rasa gurih, garing, dan asam-pedas martabak HAR sungguh menggugah selera !

Kemplang dan Kerupuk

Picture
Kemplang Goreng Palembang

              Kemplang merupakan makanan ringan khas Palembang yang gurih dan garing. Kemplang berbahan dasar sama seperti pempek lenjer, yang kemudian diiris tipis dan dijemur ataupun dimasukkan ke dalam kulkas hingga mengering. Setelah kering, kemplang dimasak dengan cara digoreng ataupun dipanggang hingga mengembang.
           Kemplang panggang merupakan pilihan baik bagi cemilan sehat karena selain mengandung protein yang tinggi dari ikan, kemplang panggang juga tidak mengandung minyak goreng sehingga mengurangi resiko penyakit akibat kolesterol jahat yang terkandung dalam minyak. Kemplang biasanya dimakan sebagai makanan cemilan dengan saus sambal ataupun kuah cuka.,

Picture
Kemplang Panggang
Picture
Kerupuk Ikan

                  Kerupuk merupakan makanan ringan khas Palembang yang hampir sama dengan kemplang, hanya saja adonan dibentuk melingkar layaknya pempek keriting. Sama seperti pempek, kerupuk juga berbahan dasar tepung tapioca yang dicampur dengan ikan maupun udang. Adonan kerupuk kemudian dikeringkan dengan jara dijemur ataupun dimasukkan ke dalam kulkas dan kemudian digoreng. Kerupuk bertekstur garing ini kerap dijadikan sebagai makanan pelengkap untuk berbagai macam masakan seperti nasi goreng dan gado-gado. 

Kue Maksubah

Picture
Kue Maksubah

               Kue Maksubah merupakan sajian kue khas Palembang yang rasanya enak, manis, dan legit. Kue ini dipercaya sebagai salah satu sajian khas istana Kesultanan Palembang. Hingga saat ini hidangan kue maksubah seringkali disajikan sebagai sajian untuk tamu kehormatan maupun pada saat-saat istimewa, khususnya pada hari raya lebaran dan pesta perkawinan sehingga kue maksubah mendapat gelar “Makanan Kehormatan” masyarakat Palembang. Bahan pembuatan kue maksubah ini hanya terdiri dari telur bebek, susu, mentega, dan gula pasir. Dalam pembuatannya telur bebek yang dibutuhkan dapat mencapai sekitar 28 butir. Telur bebek sangat ditekankan dalam pembuatan adonan kue maksubah, karena jika telur ayam yang digunakan maka hasil nya akan kurang enak. Adonan kue maksubah dibuat berlapis lapis sehingga sepintas mirip dengan kue lapis.

Kue Delapan Jam

Picture
Kue Delapan Jam

              Kue khas Kota Palembang yang satu ini memang unik, namanya sendiri diambil dari lamanya proses pengukusan kue yang membutuhkan waktu 8 (delapan) jam hingga menghasilkan kue yang berwarna coklat keemasan. Kue 8 jam menggunakan bahan baku hampir sama dengan kue maksubah yakni telur bebek, susu kental manis, susu bubuk putih, mentega, dan gula, yang membedakannya dengan kue maksubah adalah cara memasaknya, apabila kue maksubah dipanggang berlapis-lapis, lain hal nya dengan kue 8 jam yang dikukus tidak tanggung-tanggung selama 8 jam !. Dahulu kala, kue 8 jam merupakan hidangan bagi para bangsawan maupun keluarga kesultanan Palembang karena tidak semua kalangan boleh menyantapnya. Saat ini, semua orang sudah bebas menikmatinya, hanya saja karena proses pembuatannya yang lama, membuat kue ini tidak dijadikan sebagai makanan sehari hari dan biasanya hanya disajikan pada perayaan-perayaan tertentu seperti pada saat perayaan Imlek maupun Idul Fitri maupun dihidangkan untuk menyambut tamu kehormatan. Cara penajian kue ini adalah dengan membawanya utuh ke hadapan para tamu lalu diiris tipis sekitar 1cm. 


Kue Srikaya

Picture
Kue Srikaya

                      Satu lagi kue khas masyarakat Palembang yang sangat digemari dan berbentuk mirip pudding, yaitu “Kue Srikaya” (Kue Srikayo). Karena kue srikaya ini berbahan dasar utama telur dan daun pandan maka tak heran menghasilkan kudapan berwarna hijau yang manis dan legit rasanya. Kue srikaya biasanya dimakan bersama dengan campuran ketan putih dan akan lebih nikmat rasanya apabila kue srikaya disajikan dingin dengan terlebih dahulu menyimpannya di lemari es. Dengan rasa yang manis, legit, dan dingin kue srikaya sungguh merupakan hidangan penutup yang sempurna.

Engkak Ketan

Picture
Engkak Ketan
         Kue lapis berwarna cokelat kekuningan yang satu ini juga merupakan kue tradisional Wong Palembang yang sangat digemari. Sepintas, akan sulit membedakan antara kue lapis, kue maksubah dan engkak ketan karena pada dasarnya engkak ketan berbahan dasar hampir sama dengan kue maksubah dan juga dibuat berlapis-lapis menyerupai kue lapis. Perbedaan yang paling utama terletak pada penggunaan bahan utamanya. Engkak ketan berbahan dasar utama ketan sehingga menjadikan kue ini bertekstur kenyal-lembut dan memiliki rasa yang manis. Engkak ketan biasa disajikan pada hari raya ataupun acara-acara penting. Namun karena proses pembuatannya yang relatif lebih mudah dibandingkan kue maksubah maupun kue delapan jam, maka engkak ketan lebih sering ditemui sebagai penganan sehari-hari.

Palembang, "Kota Sejuta Kuliner "

Posted by : Unknown
Date :Jumat, 23 Mei 2014
With 0komentar
|
Baca selengkapnya »

Sejarah Singkat Pempek dan Resepnya


Menurut sejarahnya, pempek telah ada di Palembang sejak masuknya perantau Cina ke Palembang, yaitu di sekitar abad ke-16, saat Sultan Mahmud Badaruddin II berkuasa di kesultanan Palembang-Darussalam. Nama empek-empek atau pempek diyakini berasal dari sebutan "apek", yaitu sebutan untuk lelaki tua keturunan Cina.
Berdasarkan cerita rakyat, sekitar tahun 1617 seorang apek berusia 65 tahun yang tinggal di daerah Perakitan (tepian Sungai Musi) merasa prihatin menyaksikan tangkapan ikan yang berlimpah di Sungai Musi yang belum seluruhnya dimanfaatkan dengan baik, hanya sebatas digoreng dan dipindang. Ia kemudian mencoba alternatif pengolahan lain. Ia mencampur daging ikan giling dengan tepung tapioka, sehingga dihasilkan makanan baru. Makanan baru tersebut dijajakan oleh para apek dengan bersepeda keliling kota. Oleh karena penjualnya dipanggil dengan sebutan "pek … apek", maka makanan tersebut akhirnya dikenal sebagai empek-empek atau pempek.

Adonan Dasar Pempek 

Adonan Pempek 
Bahan:
500 gram daging ikan tenggiri atau ikan gabus giling.
10 sendok makan air es/dingin
150 gram tepung sagu atau tepung kanji/tapioka
2 sendok teh garam
1/2 sendok teh vetsin

Cara Membuat:
1. Keluarkan daging ikan giling dari freezer, cairkan.
2. Masukkan air es, vetsin, dan garam. Aduk sampai lengket.
3. Tambahkan tepung sagu atau kanji sedikit demi sedikit sambil diuleni/diuli hingga tidak menempel lagi ditangan.
4. Uleni/Uli adonan sampai rata
5. Ambil sedikit adonan dasar dan dibentuk sesuai dengan jenis pempek.
 

Bahan Untuk Cuko Pempek 

Bahan Cuko PempekKuah atau saos cair yang menjadi paduan dikala makan pempek disebut CUKO, sebetulnya kunci lezatnya pempek adalah terletak dari enak tidak nya cuko ini, oleh karena itu orang pempeknya boleh pulen atau pas adonannya tetapi bila cukonya tidak pas, rasanya bakal tidak keruan.

BAHAN:
* 500 gram gula merah/gula aren warna coklat tua
* 50 gram asam jawa
* 4 sendok teh cuka putih/cuka dixi (untuk mengawetkan)
* 5 gelas air
* 5-8 siung bawang putih, cincang halus atau tumbuk
* 2 sendok makan ebi dihaluskan (Lihat Tips)
* 20-30 buah cabai rawit, dihaluskan (Lihat Tips)
* 1 sendok makan tongcai berikut tangkainya, cincang/giling halus
* 1-2 sendok teh garam (disesuaikan)

CARA MEMBUAT:
1.Didihkan air dan gula merah, asam jawa, air, dan cuka dengan api kecil , setelah gula larut, angkat lalu saring.
2.Masukkan bawang putih, ebi, cabai rawit, garam, dan tongcai.
3.Memasukkan cabai, garam sebaik nya sambil di cicip, disesuaikan dengan selera.
4.Didihkan kembali lalu angkat.
 
Posted by : Unknown
Date :
With 0komentar

Struktur,Sejarah dan Keistimewaaan Jembatan Ampera

|
Baca selengkapnya »

struktur, sejarah dan keistimewaan jembatan ampera


Jembatan Ampera adalah sebuah jembatan di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Jembatan Ampera, yang telah menjadi semacam lambang kota, terletak di tengah-tengah kota Palembang, menghubungkan daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir yang dipisahkan oleh Sungai Musi.

Struktur

Panjang : 1.117 m(bagian tengah 71,90 m)
Lebar : 22 m
Tinggi : 11.5 m dari permukaan air
Tinggi Menara : 63 m dari permukaan tanah
Jarak antara menara : 75 m
Berat : 944 ton

Sejarah

Ide untuk menyatukan dua daratan di Kota Palembang ”Seberang Ulu dan Seberang Ilir” dengan jembatan, sebetulnya sudah ada sejak zaman Gemeente Palembang, tahun 1906. Saat jabatan Walikota Palembang dijabat Le Cocq de Ville, tahun 1924, ide ini kembali mencuat dan dilakukan banyak usaha untuk merealisasikannya. Namun, sampai masa jabatan Le Cocq berakhir, bahkan ketika Belanda hengkang dari Indonesia, proyek itu tidak pernah terealisasi.
Pada masa kemerdekaan, gagasan itu kembali mencuat. DPRD Peralihan Kota Besar Palembang kembali mengusulkan pembangunan jembatan kala itu, disebut Jembatan Musi dengan merujuk na-ma Sungai Musi yang dilintasinya, pada sidang pleno yang berlangsung pada 29 Oktober 1956. Usulan ini sebetulnya tergolong nekat sebab anggaran yang ada di Kota Palembang yang akan dijadikan modal awal hanya sekitar Rp 30.000,00. Pada tahun 1957, dibentuk panitia pembangunan, yang terdiri atas Penguasa Perang Komando Daerah Militer IV/Sriwijaya, Harun Sohar, dan Gubernur Sumatera Selatan, H.A. Bastari. Pendampingnya, Walikota Palembang, M. Ali Amin, dan Indra Caya. Tim ini melakukan pendekatan kepada Bung Karno agar mendukung rencana itu.
Usaha yang dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan Kota Palembang, yang didukung penuh oleh Kodam IV/Sriwijaya ini kemudian membuahkan hasil. Bung Karno kemudian menyetujui usulan pembangunan itu. Karena jembatan ini rencananya dibangun dengan masing-masing kakinya di kawasan 7 Ulu dan 16 Ilir, yang berarti posisinya di pusat kota, Bung Karno kemudian mengajukan syarat. Yaitu, penempatan boulevard atau taman terbuka di kedua ujung jembatan itu. Dilakukanlah penunjukan perusahaan pelaksana pembangunan, dengan penandatanganan kontrak pada 14 Desember 1961, dengan biaya sebesar USD 4.500.000 (kurs saat itu, USD 1 = Rp 200,00).
Pembangunan jembatan ini dimulai pada bulan April 1962, setelah mendapat persetujuan dari Presiden Soekarno. Biaya pembangunannya diambil dari dana pampasan perang Jepang. Bukan hanya biaya, jembatan inipun menggunakan tenaga ahli dari negara tersebut.
Pada awalnya, jembatan ini, dinamai Jembatan Bung Karno. Menurut sejarawan Djohan Hanafiah, pemberian nama tersebut sebagai bentuk penghargaan kepada Presiden RI pertama itu. Bung Karno secara sungguh-sungguh memperjuangkan keinginan warga Palembang, untuk memiliki sebuah jembatan di atas Sungai Musi.

Peresmian pemakaian jembatan dilakukan pada tahun 1965, sekaligus mengukuhkan nama Bung Karno sebagai nama jembatan. Pada saat itu, jembatan ini adalah jembatan terpanjang di Asia tenggara. Setelah terjadi pergolakan politik pada tahun 1966, ketika gerakan anti-Soekarno sangat kuat, nama jembatan itu pun diubah menjadi Jembatan Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat). Sekitar tahun 2002, ada wacana untuk mengembalikan nama Bung Karno sebagai nama Jembatan Ampera ini. Tapi usulan ini tidak mendapat dukungan dari pemerintah dan sebagian masyarakat.

Keistimewaan

Pada awalnya, bagian tengah badan jembatan ini bisa diangkat ke atas agar tiang kapal yang lewat dibawahnya tidak tersangkut badan jembatan. Bagian tengah jembatan dapat diangkat dengan peralatan mekanis, dua bandul pemberat masing-masing sekitar 500 ton di dua menaranya. Kecepatan pengangkatannya sekitar 10 meter per menit dengan total waktu yang diperlukan untuk mengangkat penuh jembatan selama 30 menit.
Pada saat bagian tengah jembatan diangkat, kapal dengan ukuran lebar 60 meter dan dengan tinggi maksimum 44,50 meter, bisa lewat mengarungi Sungai Musi. Bila bagian tengah jembatan ini tidak diangkat, tinggi kapal maksimum yang bisa lewat di bawah Jembatan Ampera hanya sembilan meter dari permukaan air sungai.
Sejak tahun 1970, aktivitas turun naik bagian tengah jembatan ini sudah tidak dilakukan lagi. Alasannya, waktu yang digunakan untuk mengangkat jembatan ini dianggap mengganggu arus lalu lintas di atasnya.
Pada tahun 1990, kedua bandul pemberat di menara jembatan ini diturunkan untuk menghindari jatuhnya kedua beban pemberat ini.

Struktur,Sejarah dan Keistimewaaan Jembatan Ampera

Posted by : Unknown
Date :
With 0komentar
Next Prev
Trail Of Waving Hearts

Poto Bergerak

▲Top▲